Senin, 28 Februari 2011

PENGERTIAN PERENCANAAN PENGAJARAN

Perencanaan atau rencana (planning) telah dikenal banyak orang. Kita mengenal rencana pembangunan, perencanaan pendidikan, perencanaan produksi suatu pabrik dalam bentuk target-target produksi. Bahkan keluarga yang pada waktu dulu dipandang sebagai sesuatu yang berjalan menurut “alam” sekarang direncanakan juga yang dikenal dengan sebutan “Keluarga Berencana” (KB). Dalam lingkup yang lebih luas perkembangan kebudayaan suatu masyarakat itu harus direncanakan, yang dikenal dengan sebuutan (planning) kebudayaan. Definisi mengenai perencanaan memang diperlukan agar dalam uraian selanjutnya tidak terjadi kesimpangsiuran. Definisi pada umumnya merupakan suatu pintu gerbang untuk memasuki pengertian-pengertian yang ada kaitannya dengan istilah yang dipakai, dalam hal ini perencanaan. Sudah sejak awal istilah “Perencanaan Pendidikan” dipergunakan secara luas baik di kalangan pendidikan maupun di luar lingkungan pendidikan.

Supaya diperoleh suatu komitmen, sehingga kesimpangsiuran dapat dihindarkan, langkah awal yang ditempuh adalah mengemukakan pengertian perencanaan pengajaran. Upaya itu dilakukan dengan mengemukakan beberapa definisi.

Kaufman mengatakan : Perencanaan adalah suatu proyeksi tentan apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai, yang didalamnya mencakup elemen-elemen:
a. Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan.
b. Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan.
c. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang dipriorotaskan.
d. Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan.
e. Sekuensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan.
f. Identifikasi strategi alternatif yang mungkin dan alat (tools) untuk melengkapi tiap persyaratan dalam mencapai tiap kebutuhan, termasuk di dalamnya merinci keuntungan dan kerugian tiap strategi atau alat yang dipakai.

Dengan demikian, perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mendahului pelaksanaan, mengingat perancanaan merupakan suatu proses untuk menentukan ke mana harus pergi dan mengidentifikasikan persyaratan yang diperlukan dengan cara yang paling efektif dan efisien. Berpangkal dari pemahaman di atas, maka perencanaan mengandung 6 pokok pikiran, yakni:
1. Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang diinginkan.
2. Keadaan masa depan yang diinginkan itu kemudian dibandingkan dengan keadaan sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjangannya.
3. Untuk menutup kesenjangan itu perlu dilakukan usaha-usaha.
4. Usaha yang dilakukan untuk menutup kesenjangan itu dapat beranekaragam dan merupakan alternatif yang mungkin ditempuh.
5. Pemilihan alternatif yang paling baik, dalam arti yang mempunyai efektivitas dan efisiensi yang paling tinggi perlu dilakukan.
6. Alternatif yang dipilih harus diperinci sehingga dapat menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan apabila akan dilaksanakan.

Berikut akan dikemukakan Banghart dan Albert Trull. Mereka tidak memberikan batasan perencanaan pengajaran secara eksklusif, melainkan mengatakan bahwa dalam rangka mengerti makna perencanaan pengajaran dapat dilihat dari tiga dimensi, yakni karakteristik perencanaan pengajaran berusaha menggambarkan sifat-sifat aktivitas perencanaan pengajaran. Bicara tentang dimensi perencanaan pengajaran, berkenaan dengan luas dan cakupan aktivitas perencanaan yang mungkin dalam sistem pendidikan. Pembicaraan tentang kendala-kendala berkaitan dengan adanya beberapa faktor pembatas atau penghalang. Merupakan karakteristik perencanaan pengajaran adalah:
a) Merupakan proses rasional, sebab berkaitan dengan tujuan sosial dan konsep-konsepnya dirancang oleh banyak orang.
b) Merupakan konsep dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodofikasi jika informasi yang masuk mengharapkan demikian.
c) Perencanaan terdiri dari beberapa aktivitas, aktivitas itu banyak ragamnya, namun dapat dikategorikan menjadi prosedur-prosedur dan pengarahan.
d) Perencanaan pengajaran berkaitan dengan pemilihan sumber dana, sehingga harus mampu mengurangi pemborosan, duplikasi, salah penggunaan dan salah dalam memanajemennya.

Bicara tentang dimensi perencanaan pengajaran yakni berkaitan dengan cakupan dan sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukanm dalam perencanaan pengajaran. Pertimbangan terhadap dimensi-dimensi itu memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efisien, yakni:

1. Signifikasi
Tingkat signifikasi tergantung pada kegunaan sosial dari tujuan pendidikan yang diajukan. Dalam mencapai tujuan itu, pengambil keputusan itu perlu mempunyai garis pembimbing yang jelas dan mengajukan kriteria evaluasi. Sekali keputusan telah diambil dan tujuan telah ditentukan, setiap pengamat pendidikan dapat mengadakan evaluasi kontribusi perencanaan, dan signifikasi dapat ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dibangun sesama proses perencanaan.

2. Feasibilitas
Maksudnya perlu dipertimbangkan feasibilitas perencanaan pengajaran. Salah satu faktor penentu adalah otorias politikal yang memadai, sebab dengan itu feabilitas teknik dan estimasi biaya serta aspek-aspek lainnya dapat dibuat dalam pertimbangan yang realistik.

3. Relevansi
Konsep ini berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan pengajaran memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.

4. Definitiveness (Kepastian)
Diakui bahwa tidak semua hal-hal yang sifatnya kebetulan dapat dimasukkan dalam perencanaan pengajaran, namun perlu diupayakan agar sebanyak mungkin hal-hal tersebut dapat dimasukkan dalam pertimbangan. Penggunaan metode simulasi sangat menolong mengantisipasi hal-hal tersebut. Konsep kepastian meminimumkan kejadian-kejadian yang tidak terduga.

5. Parsimonuisness (Ketelitian)
Prinsip utama yang perlu diperhatikan yaitu agar perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk yang sederhana, serta perlu diperhatikan secara sensitif kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen. Dalam penerapan prinsip ini berarti diperlukan waktu yang lebih banyak dalam menggali beberapa alternatif, sehingga perencanaan dan pengambil keputusan dapat mempertimbangkan alternatif mana yang paling efisien.

6. Adaptabilitas
Diakui bahwa perencanaan pengajaran bersifat dinamik, sehingga perlu senantiasa mencari informasi sebagai umpan balik. Apabila perencanaan pengajaran sudah lengkap, berbagai penyimpangan semakin berkurang dan berbagai aktivitas spesifik dapat ditentukan
7. Waktu
8. Monitoring (Pemantauan)
9. Isi Perencanaan


Jumat, 25 Februari 2011

Hakikat Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail, dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidik yang profesional terutama guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah dan dosen di perguruan tinggi.

Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan psikologis yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan sains dan teknologi.

Rabu, 16 Februari 2011

HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN DAN BELAJAR

A. PERKEMBANGAN

Sebagian ahli menganggap perkembangan sebagai proses yang berbeda dari pertumbuhan. Menurut mereka, berkembang itu tidak sama dengan tumbuh, begitu pun sebaliknya. Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik. Perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu, pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik (maturation). Artinya, orang tak akan bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkat kematangan. Namun demikian, masih ada beberapa hal yang patut dipertanyakan sehubungan dengan pemisahan takrif secara hitam putih antara dua istilah di atas. Bagaimana halnya dengan pertumbuhan kuku dan rambut yang secara periodik kita potong? Bagaimana pula halnya dengan pertumbuhan sel-sel baru yang menggantikan sel-sel tua dan rusak dalam tubuh kita itu?

Persoalan takrif mana yang dipandang lebih tepat sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan itu akan lebih baik kita menjawab setelah medalami literatur-literatur yang berkenaan dengan masalah-masalah tersebut.

Pembahasan mengenai perkembangan ranah-ranah psiko-fisik pada bagian ini akan difokuskan pada proses-proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses-proses perkembangan tersebut meliputi:

1. perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills);
2. perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan kecerdasan/kecerdasan otak anak; dan
3. perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses perkembangan yang mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan objek atau orang lain, baik sebagai individu maupun kelompok.

I. Perkembangan Motor (Fisik) Siswa
Dalam Psikologi, kata motor digunakan sebagai istilah yang menunjuk pada hal, keadaan dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan gerakan-gerakannya, juga kelenjar, kelenjar dan sekresinya (pengeluaran cairan/getah). Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.

II. Perkembangan Kognitif Siswa
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa (Chaplin, 1972).

Sebagian besar psikolog terutama kognitivis (ahli psikolog kognitif) berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung sejak ia baru lahir. Bekal dan modal dasar perkembangan manusia, yakni kapsitas motor dan kapasitas sensori, ternyata sampai batas tertentu, juga dipengaruhi oleh aktivitas ranah kognitif. Pada poin pertama bagian ini telah diutarakan, bahwa campur tangan sel-sel otak terhadap perkembangan bayi baru dimulai setelah ia berusia 5 bulan saat kemampuan sensorinya (seperti melihat dan mendengar) benar-benar mulai tampak.

Menurut para ahli psikolog kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya. Hanya, cara dan intensitas pendayagunaan kapasitas ranah kognitif tersebut tentu masih belum jelas benar.

Piaget yang lahir di Swiss itu pada mulanya bukan seorang psikolog, melainkan seorang ahli biologi yang sejak umur 20 tahun telah terkenal di seluruh daratan Eropa. Dalam usia 21 tahun ia telah berhasil meraih gelar doktor dengan disertasi hasil penelitian mengenai makhluk jenis kerang-kerangan. Selama aktif di bidang biologi ia juga aktif belajar sendiri ilmu filsafat dan psikologi.